Pada 14 Oktober 2023, Insan Wisata berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan TEDx UGM yang bertempat di Plunyon, Kali Kuning, Yogyakarta. Berbeda dari event sebelumnya, TEDx UGM mengajak peserta untuk merasakan keindahan alam sekaligus meningkatkan kesadaran akan pelestarian lingkungan. Konsep acara ini menggabungkan aktivitas trekking dan sharing yang menggandeng operator perjalanan yang telah sukses mengembangkan konsep wisata ramah lingkungan, yakni Moana.
Acara trekking yang diselenggarakan TEDx UGM bersama Moana ini tentunya tidak hanya menawarkan pengalaman trekking yang berkesan di lereng Gunung Merapi. Namun, memberikan kesempatan kepada peserta untuk terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan memberikan penghargaan terhadap alam. Salah satu aksi nyatanya adalah dengan melakukan pelepasan ikan di kawasan Kali Kuning.
Hadir sebagai narasumber, Hannif selaku pemerhati pariwisata dari Insan Wisata Consulting menjelaskan bahwa konsep trekking yang berkembang saat ini adalah bentuk respon terhadap permintaan pasar. Di samping itu, trekking adalah bentuk konsep ekowisata yang dapat menjadi solusi untuk meminimalkan dampak negatif dari pembangunan pariwisata.
Iwan, selaku masyarakat lokal di lereng Merapi yang juga bergerak sebagai pelaku wisata menambahkan, bahwa Merapi menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Selain berprofesi sebagai petani, banyak masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataan, seperti penyedia jasa pemandu wisata, operator jeep, membuka penginapan, dan berjualan makanan minuman.
Senada dengan Hannif dan Iwan, founder Moana yang diwakilkan oleh Anita Briana menjelaskan bahwa Moana telah berkomitmen untuk mengembangkan konsep wisata yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Lewat Moana Bike Tour, Anita sukses menyelenggarakan banyak trip bersepeda di beberapa tempat, seperti Nanggulan, Kota Gede, dan lokasi lainnya. Desain trip ini tidak sepenuhnya dikelola Moana, melainkan juga memberikan ruang untuk melibatkan masyarakat lokal.
Dalam kegiatan trekking dan sharing yang diselenggarakan oleh TEDx UGM tersebut, setidaknya terdapat beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan refleksi bersama. Pertama, bahwa pengembangan ekowisata di kawasan TNGM harus dikonsep melalui pendekatan pendidikan lingkungan. Artinya, kegiatan wisata harus mampu mengedukasi pengunjung tentang ekosistem, keanekaragaman hayati, dan pentingnya pelestarian alam.
Kedua, pengembangan ekowisata di TNGM harus mengedepankan pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini sudah terlihat melalui munculnya unit-unit jasa/usaha baru, seperti jasa pemandu, usaha penginapan, UMKM, serta berkembangnya desa-desa wisata di lereng Gunung Merapi.
Baca juga: Tantangan Pengembangan Desa Wisata di Indonesia
Ketiga, perlu adanya komitmen bersama di lingkungan stakeholder untuk merumuskan regulasi yang mengarah pada keberlanjutan. Salah satu bentuk aturan ketatnya terkait pelestarian alam, penghormatan lingkungan dan budaya setempat, serta manajemen risiko seperti prosedur keselamatan dan mitigasi bencana.
Keempat, pengembangan ekowisata harus menyertakan peran konservasi dan restorasi. Manajemen pengelola harus bisa menyisihkan sebagian pendapatan pariwisata untuk proyek konservasi dan restorasi alam, seperti penanaman pohon dan pemulihan habitat. Dengan menggabungkan empat komitmen tersebut, ekowisata di Gunung Merapi dapat menjadi model pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan, masyarakat setempat, dan para pengunjung.
Baca juga: Emisi Karbon di Industri Pariwisata