Perubahan iklim telah menjadi isu yang kerap dibahas dan mendapatkan perhatian di tingkat global. Banyak negara, organisasi internasional, aktivis lingkungan, dan masyarakat umum yang ikut terlibat dalam pembahasan dan upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Lewat inovasi dan kebijakan, mereka terus berupaya untuk mencapai tujuan berkelanjutan dalam rangka menyelamatkan bumi.
Perubahan iklim juga tidak hanya menjadi isu lingkungan, tetapi menjadi isu multidimensi yang melibatkan keberlanjutan, keadilan sosial, dan tanggung jawab global. Pemahaman dan tindakan terhadap perubahan iklim menjadi kunci untuk mencapai keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan manusia di masa depan.
Nah, tahukah Anda bahwa emisi karbon menjadi kontributor utama terhadap perubahan iklim?
Emisi karbon merujuk pada pelepasan gas-gas karbon ke atmosfer. Kondisi ini terjadi sebagai hasil dari berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam) untuk energi, deforestasi, dan proses industri. Di sisi lain, emisi karbon berkontribusi pada perubahan iklim yang dapat menyebabkan cuaca ekstrem, seperti badai yang lebih kuat, musim kemarau yang lebih panjang, dan perubahan pola hujan.
Emisi karbon pada industri pariwisata
Industri pariwisata menjadi penyumbang emisi karbon yang cukup tinggi. Beberapa sumber utama emisi karbon dalam industri pariwisata di antaranya sebagai berikut:
- Transportasi: Perjalanan wisata yang menggunakan moda transportasi pesawat, kendaraan bermotor, dan kapal pesiar tentunya menggunakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan karbon dioksida (CO2).
- Akomodasi: Operasional akomodasi, seperti hotel, resort, dan lainnya dapat menghasilkan emisi melalui penggunaan energi untuk penerangan, pendinginan, pemanasan, ataupun kebutuhan lainnya.
- Infrastruktur pariwisata: Misalnya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pariwisata, seperti jalan, bandara, dan fasilitas lain yang tentunya memerlukan energi besar dan berkontribusi pada deforestasi.
- Pengelolaan limbah: Pengelolaan limbah dari industri pariwisata, termasuk limbah makanan dan limbah padat lain yang tidak tepat dapat menyebabkan peningkatan emisi karbon. Misalnya saja, pembakaran limbah, penggunaan plastik sekali pakai yang berlebihan, pembuangan sampah ilegal yang dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air.
Selain itu, tingginya emisi karbon juga disebabkan oleh makin berkembangnya industri pariwisata. Adanya peningkatan jumlah wisatawan tentunya akan sebanding dengan meningkatnya permintaan akan transportasi dan akomodasi, yang kemudian dapat meningkatkan emisi karbon.
Langkah mengurangi emisi karbon di industri pariwisata
Pengurangan emisi karbon di industri pariwisata merupakan langkah krusial untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan mencegah dampak negatif perubahan iklim. Sebagai seorang wisatawan, pelaku industri, dan konsultan pariwisata, refleksi terhadap upaya pengurangan emisi karbon dapat membantu meningkatkan kesadaran dan bertindak lebih bertanggung jawab.
Dalam pandangan kami, terdapat beberapa upaya yang dapat membantu mengurangi dampak negatif pariwisata. Untuk mengurangi emisi karbon, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan ataupun pelaku wisata.
- Pendidikan dan kesadaran: Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pengurangan emisi karbon di antara pelaku industri, wisatawan, dan masyarakat lokal.
- Transportasi berkelanjutan: Pemerintah sudah seharusnya membuat kebijakan untuk mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan seperti transportasi umum dan kendaraan listrik.
- Efisiensi energi di akomodasi: Pengelola, pebisnis, ataupun pelaku wisata dapat mulai memperkenalkan teknologi dan praktik-praktik efisiensi energi di fasilitas akomodasi.
- Promosi destinasi berkelanjutan: Mengembangkan dan mempromosikan destinasi pariwisata berkelanjutan dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan badan organisasi pariwisata dunia.
- Pengelolaan sampah: Sampah masih menjadi persoalan di pariwisata. Untuk itu, setiap orang harus mengelola sampah dengan bijaksana dan meminimalkan penggunaan bahan-bahan sekali pakai.
Umumnya, pengelolaan sampah dalam industri pariwisata dapat menerapkan konsep 3R, yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), dan recycle (mendaur ulang). Implementasi konsep 3R dalam pengelolaan sampah pariwisata tidak hanya memberikan manfaat lingkungan. Namun, menciptakan kesadaran tentang tanggung jawab bersama dalam menjaga keberlanjutan destinasi wisata.
Baca juga: Pentingnya Manajemen Risiko dan Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata
Refleksi atas upaya pengurangan emisi karbon
Pariwisata, yang pada awalnya merupakan sumber kegembiraan dan pendapatan daerah, ternyata juga memberikan kontribusi besar terhadap emisi karbon global. Pemikiran ini mendorong setiap orang untuk melakukan perenungan/refleksi. Bagaimana kita sebagai individu dan pelaku wisata dapat mengambil tanggung jawab dan mengurangi jejak karbon?
Langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon dalam industri pariwisata harus melibatkan investasi oleh setiap pemangku kepentingan. Misalnya saja dalam penyediaan transportasi ramah lingkungan, efisiensi energi akomodasi, serta promosi dan pendekatan berkelanjutan dalam perencanaan dan pengelolaan destinasi wisata.
Setiap tindakan kecil, mulai dari pemilihan transportasi hingga partisipasi dalam kegiatan berwisata di destinasi dapat memberi dampak positif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Kami percaya, kita memiliki kekuatan untuk memengaruhi praktik industri dengan mendukung usaha-usaha yang ramah lingkungan dan memberikan umpan balik positif kepada destinasi yang memprioritaskan keberlanjutan.