Membangun kesadaran melalui kegiatan sosialisasi sadar wisata dan kampanye Sapta Pesona memang menjadi langkah awal dalam membangun destinasi wisata. Di samping itu, kelembagaan memiliki peran penting dalam merencanakan dan mengelola destinasi pariwisata. Tempat wisata yang baru dirintis biasanya juga belum memiliki infrastruktur yang memadai, seperti transportasi, akomodasi, dan fasilitas umum. Namun, yang seringkali menjadi tantangan bagi masyarakat adalah bagaimana cara mendatangkan wisatawan.
Membuat kampanye pemasaran yang menarik agar destinasi yang kita kelola terlihat unggul di antara banyaknya destinasi wisata adalah tantangan tersendiri. Untuk itu, pengelola destinasi memerlukan perencanaan dan kemampuan adaptasi yang baik supaya tempat wisata yang baru dirintis tidak hanya laku, melainkan juga memberi dampak positif untuk masyarakat.
Seperti apa pasar pariwisata di masa mendatang?
Kemampuan dalam membaca tren pasar harus dimiliki oleh perencana, konsultan pariwisata, ataupun pengelola destinasi wisata. Apakah wisatawan saat ini lebih menyukai konsep keberlanjutan, petualangan, budaya, atau mungkin pengalaman nostalgia seperti desa wisata? Jika terdapat permintaan yang meningkat untuk jenis pengalaman/tren tertentu, pengelola destinasi wisata juga dapat mengembangkan produk dan layanan yang memenuhi permintaan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren pariwisata terlihat mengalami beberapa perubahan signifikan. Saat ini, teknologi terus memainkan peran besar. Dalam beberapa kasus, sudah ada destinasi yang memaksimalkan penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan untuk memberikan pengalaman wisata yang lebih personal dan efisien.
Selain itu, keberlanjutan dan respons terhadap perubahan iklim akan menjadi faktor kunci keberhasilan destinasi wisata. Tempat wisata yang produknya dikonsep melalui nilai keberlanjutan dan pelestarian lingkungan akan memiliki daya tarik yang lebih besar.
Belajar dari pandemi Covid-19, keamanan dan kesehatan tetap harus menjadi prioritas utama. Dalam praktiknya, pengelola destinasi wisata harus memiliki protokol keamanan yang melibatkan aspek-aspek seperti mitigasi kebencanaan dan manajemen risiko. Bahkan, sistem pengelolaan sampah yang efisien dan ramah lingkungan perlu diterapkan.
Dengan begitu, membaca tren pasar bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi untuk mengadaptasi strategi agar tetap relevan dan menarik bagi wisatawan.
Strategi pemasaran destinasi wisata yang baru dirintis
Memasarkan destinasi wisata memerlukan strategi yang terencana dan kreatif. Membuat banyak akun media sosial bukan menjadi solusi utamanya. Lantas, seperti apa caranya? Berikut adalah strategi pemasaran destinasi wisata rintisan yang dapat diterapkan oleh pemerintah ataupun masyarakat.
1. Tentukan USP destinasi dan buat branding yang kuat
Setelah melakukan identifikasi segmen pasar yang paling cocok untuk destinasi wisata yang dikelola, saatnya untuk membangun identitas merek. Identitas ini haruslah mencerminkan nilai dan daya tarik dari destinasi wisata. Untuk itu, penting menentukan USP atau unique selling proposition. Sederhananya, USP adalah hal yang dapat membuat destinasi wisata terlihat istimewa dan tidak mudah dilupakan wisatawan.
Selanjutnya, buatlah logo dan tagline dengan elemen desain yang harus mencerminkan karakter dan pesona destinasi. Buatlah destination storytelling yang mengangkat cerita menarik di sekitar destinasi wisata sehingga bisa membangun koneksi emosional dengan wisatawan.
Baca juga: Storytelling, Membangun Koneksi Emosional di Destinasi Wisata
2. Kembangkan online presence yang kuat
Memiliki website menarik dan aktif di media sosial sangat membantu destinasi wisata menjadi pusat perhatian banyak orang. Penggunaan media sosial juga harus diarahkan untuk bisa berkomunikasi langsung dengan calon wisatawan. Menjawab pertanyaan, memberikan tips, atau meminta pendapat pengunjung akan membuat audiens merasa terlibat dan tertarik lebih lanjut.
Mengunggah foto dan video berkualitas tinggi juga dapat memberikan gambaran yang kuat tentang USP di destinasi wisata yang kita kelola. Bagikan cerita pengalaman wisatawan yang pernah datang sebelumnya untuk mendapatkan kepercayaan dari audiens.
3. Kerja sama dengan influencer
Sesuai dengan pengalaman yang pernah kami lakukan, menjalin kolaborasi dengan travel blogger atau influencer dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan menarik perhatian audiens. Rekomendasi dari travel blogger atau influencer terkenal juga biasanya dapat meningkatkan kredibilitas destinasi. Mereka mungkin memberikan ruang untuk berkomentar dan umpan balik bagi pengikut mereka sehingga menciptakan keterlibatan yang lebih besar.
Namun, pastikan untuk memilih influencer yang tepat sesuai dengan segmen pasar yang sudah direncanakan. Beberapa travel blogger dan influencer biasanya fokus pada niche tertentu, seperti petualangan, kuliner, atau gaya hidup.
4. Berpartisipasi dalam event dan pameran pariwisata
Ikut serta dalam pameran pariwisata lokal dan internasional dapat meningkatkan eksistensi destinasi wisata. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan calon wisatawan dan pemangku kepentingan di industri pariwisata. Pengelola destinasi wisata juga bisa membuat penawaran dan paket spesial untuk menarik perhatian wisatawan. Bentuknya bisa berupa diskon, paket perjalanan eksklusif, atau pengalaman unik yang sulit ditolak.
5. Gunakan review dan testimoni wisatawan
Saat mulai merintis destinasi wisata, pastikan pengelola wisata sudah membuat akun Google Maps atau Google Business. Ketersediaan akun ini akan memudahkan wisatawan dalam mencari, mendapatkan informasi, menemukan lokasi, dan memberikan ulasan untuk destinasi wisata. Dorong wisawatan untuk bisa meninggalkan testimoni positif. Hal ini terntunya dapat memberikan kepercayaan kepada calon pengunjung lainnya.
6. Cari dukungan dari pemerintah
Tidak dapat dipungkiri, komunikasi dan kerja sama yang baik antara pengelola destinasi wisata dengan pemerintah setempat dapat memberi dampak positif terhadap pembangunan. Untuk itu, dapatkan dukungan dari pemerintah dan pihak terkait, baik di tingkat lokal (desa), kabupaten/kota, hingga pusat.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, destinasi baru mungkin belum memiliki infrastruktur dan keterampilan sumber daya manusia yang memadai. Kolaborasi antara pihak pengelola destinasi wisata dan pemerintah akan memberikan peluang kemitraan yang positif, baik dalam bentuk dukungan fisik maupun nonfisik.
7. Perluas pemasaran dengan kemitraan
Memasarkan destinasi wisata tidak bisa dilakukan sendirian. Saat ini, kolaborasi menjadi kunci kesuksesan pengembangan destinasi wisata. Untuk itu, petakan mitra-mitra potensial seperti biro perjalanan wisata, komunitas driver, OTA (online travel agent), pemandu wisata, ataupun industri seperti hotel dan restauran di sekitar destinasi wisata. Tentukan dan sepakati perhitungan komisi bagi siapa saja yang mampu mendatangkan pembeli ke destinasi wisata yang kita kelola.
8. Terus berinovasi
Lakukan studi tiru, benchmarking, ataupun melihat situasi di destinasi wisata yang berhasil mendatangkan pembeli dan memiliki prestasi yang membanggakan di level nasional. Pelajari konsep dan strategi pemasaran yang mereka lakukan. Jika terdapat permintaan yang meningkat untuk jenis pengalaman tertentu, segera kembangkan produk dan layanan untuk memenuhi permintaan tersebut.
9. Promosikan konsep sustainable atau keberlanjutan
Ingat, bahwa saat ini banyak masyarakat yang sudah jenuh dengan lokasi wisata yang tidak berhasil menjaga kelestarian lingkungan. Pun, saat ini banyak wisatawan yang sudah meninggalkan tempat wisata mass tourism dan lebih memilih wisata alternatif seperti desa/kampung wisata. Untuk itu, kampanyekan dan promosikan konsep sustainable di destinasi wisata yang Anda kelola.
Namun, perlu diingat bahwa sustainable jangan dijadikan sebagai kampanye pemasaran tanpa dukungan substansial. Penerapan konsep sustanaible dapat terlihat dengan mudah dari cara destinasi wisata dikelola dan berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk itu, keberlanjutan di pariwisata harus menjadi bagian integral dari strategi manajemen destinasi.
10. Analisis dan evaluasi
Ingatlah bahwa pemasaran destinasi wisata adalah usaha jangka panjang yang hasilnya tidak bisa terlihat secara instan. Konsistensi, kreativitas, dan respon terhadap perubahan pasar akan menjadi kunci keberhasilan. Untuk itu, lakukan analisis dan evaluasi secara berkala dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan yang ada di destinasi wisata.