Suasana pagi itu dipenuhi gelak tawa anak-anak yang berlarian di pelataran pendopo Sanggar Wayang Nur Cahyo, Kabupaten Sleman. Mereka tampak antusias, mengenakan pakaian nuansa Jawa, siap untuk menjelajahi dunia budaya yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Orang tua berdiri di dekat mereka, mengabadikan gambar dan tersenyum melihat anak-anak mereka begitu semangat. Insan Wisata Kids kali ini akan membawa mereka pada sebuah perjalanan edukatif yang berbeda, yakni belajar gamelan dan seni perwayangan langsung dari para maestro.
Bagi kami, berwisata bukan hanya tentang bersenang-senang. Melainkan bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Insan Wisata Kids hadir sebagai tour operator yang mengajak anak-anak dan orang tua untuk memahami nilai-nilai budaya, lingkungan, serta pentingnya menjadi wisatawan yang bijak. Melalui berbagai edutrip menarik, Insan Wisata Kids ingin menanamkan kesadaran bahwa setiap perjalanan harus memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Di tengah kehangatan suasana, Reza Nurdiana selaku founder Insan Wisata Kids, berdiri di depan peserta dengan senyum penuh semangat.
“Budaya adalah cerminan dari identitas kita. Menjaga dan melestarikan adilihung budaya bukan hanya tugas orang tua atau para seniman, tetapi juga tanggung jawab kita bersama, termasuk anak-anak. Hari ini, kita bukan hanya bermain dan bersenang-senang, tetapi juga belajar bagaimana cara mencintai dan merawat warisan budaya kita. Mari kita hayati setiap nada gamelan, setiap gerakan wayang, dan setiap cerita yang tersimpan dalam seni ini. Terima kasih kepada ayah bunda yang sudah berkenan mengantarkan putra-putri kecilnya untuk mengikuti kegiatan trip Insan Wisata Kids,” ujar Reza Nurdiana dalam sambutannya.

Mengenalkan budaya lewat gerak dan lagu
Sebelum memulai kegiatan menabuh gamelan dan bermain wayang, anak-anak diajak untuk menarikan lagu daerah. Dipandu oleh Reza Nurdiana, pembuka ini dilakukan agar peserta lebih ceria dan semangat dalam mengikuti kegiatan. Orang tua pun tak kalah semangat, ikut menggoyangkan tubuh mereka, menciptakan suasana yang makin hangat.
Setelahnya, anak-anak diperkenalkan dengan alat musik gamelan oleh pemilik sanggar, yakni Mbah Dar dan Bude Eni, dua maestro yang telah lama berkecimpung di dunia seni karawitan. Mereka menjelaskan nama-nama alat musik gamelan, fungsi masing-masing, serta cara memainkannya. Agar lebih mudah dipahami, beberapa nada dasar dimainkan secara berulang.
Setelah mengenal gamelan secara teori, anak-anak diajak untuk mencoba memainkan gamelan dengan bimbingan Mbah Dar dan Bude Eni. Beberapa orang tua pun ikut mendampingi anak-anak mereka, menciptakan interaksi yang menyenangkan sehingga tercipta bonding. Momen ini menjadi bukti bahwa kegiatan wisata yang menyenangkan dapat menjadi jembatan bagi keluarga untuk saling belajar dan berkomunikasi lebih baik.
Ketika musik gamelan pertama kali dimainkan, suara gong yang menggema seakan menyentuh jiwa. Para orang tua pendamping yang menyaksikan putra-putri kecil mereka seakan takjub. Mbah Dar dan Bude Eni, dalam waktu beberapa menit saja sudah mampu mengajarkan satu lagu yang diiringi instrumen gamelan. Dengan penuh kesabaran, mereka membimbing anak-anak mencoba setiap nada. Saron, kendang, bonang, dan gong, semua memiliki suara khas yang berpadu dalam harmoni.


Para orang tua pendamping pun turut membimbing tangan-tangan mungil anaknya agar bisa memukul dengan ritme yang tepat. Ada yang masih ragu, tetapi ada juga yang mulai menemukan pola nada yang indah. Mereka melihat bagaimana anak-anak mereka berani mencoba hal baru, mengenal budaya sendiri dengan cara yang menyenangkan.
Tak hanya bermain gamelan, anak-anak juga diberi kesempatan untuk menuangkan kreativitas mereka melalui aktivitas mewarnai gunungan wayang. Gunungan adalah simbol kehidupan dalam pertunjukan wayang dan setiap anak bebas berkreasi dengan warna-warna yang mereka sukai.
Menjadi dalang cilik, mengenali karakter tokoh-tokoh wayang
Sesi edukasi wayang menjadi bagian yang sangat menarik. Mas Pandu, seorang dalang muda berbakat, memperagakan pertarungan antartokoh wayang membuat anak-anak terpukau. Mereka melihat bagaimana cerita disampaikan melalui gerakan wayang yang lincah.
“Lihat ini, siapa yang tahu ini siapa?” tanya Mas Bayu sambil mengangkat tokoh pewayangan.
Anak-anak mengangkat tangan, saling berbisik mencoba menebak. Lalu, pertunjukan singkat dimulai. Gerakan lincah wayang dan suara khas dalang menciptakan suasana magis. Mata anak-anak tak berkedip, sepenuhnya tenggelam dalam cerita.



Salah satu momen yang paling dinantikan akhirnya tiba, yakni mencoba menjadi dalang cilik. Satu per satu, anak-anak diberi kesempatan memegang wayang dan mencoba menggerakkannya. Ada yang malu-malu, ada pula yang berani langsung menirukan gaya Mas Pandu. Beberapa anak bahkan mencoba membunyikan keprak, alat kayu yang digunakan untuk memberi tanda dalam pertunjukan. Tawa dan tepuk tangan para orang tua riuh memenuhi pendopo, menyemangati mereka yang mencoba.
Baca juga: Anak-anak antusias belajar seputar wayang kulit dan gamelan di Sanggar Nurcahyo Sidorejo Godean
Menjadikan wisata sebagai media belajar yang bermakna
Ketika sesi berakhir, anak-anak berkumpul, membawa pulang karya gunungan wayang mereka, beserta pengalaman tak terlupakan. Mereka tak hanya belajar tentang gamelan dan wayang, tetapi juga menemukan keberanian, kesabaran, dan kebersamaan dalam setiap nada dan gerakan.
Sesuai tujuan dari Insan Wisata Kids, yakni eksplorasi sebagai edukasi. Insan Wisata Kids percaya bahwa wisata tidak hanya menjadi ajang rekreasi, tetapi juga kesempatan emas untuk belajar dan tumbuh.

Melalui pengalaman langsung seperti edutrip budaya, anak-anak dapat memahami bahwa warisan budaya bukan sesuatu yang kuno, melainkan sesuatu yang hidup dan bisa mereka jaga. Orang tua pun turut belajar bahwa mengenalkan budaya kepada anak-anak tak perlu selalu dalam bentuk pelajaran di buku, tetapi bisa melalui pengalaman langsung yang membekas di hati.
Sebagai orang tua, kita memiliki peran besar dalam membentuk pola pikir anak-anak terhadap aktivitas wisata. Melalui gaya berwisata yang bijak dan bertanggung jawab, kita tidak hanya bisa melestarikan budaya dan alam, tetapi juga menyiapkan generasi yang lebih sadar dan peduli terhadap lingkungannya.
Oh, ya. Tahukah Anda? Stimulasi sensorik menjadi manfaat penting dalam edutrip ini. Saat memainkan gamelan, anak-anak melatih koordinasi tangan dan mata, meningkatkan kemampuan motorik halus, serta mengenal pola ritme yang memperkuat daya ingat. Sentuhan pada alat musik, warna-warni dalam mewarnai gunungan wayang, serta pengalaman mendengar berbagai nada dan suara dalam pertunjukan wayang membantu merangsang indera mereka. Keseluruhannya berkontribusi pada perkembangan kognitif dan emosional anak dengan cara yang menyenangkan.